PONZI, MADOFF, MANUSIA, DAN ANDA
Monday, December 29, 2008
M. Ajisatria Suleiman
Skema Ponzi, atau dikenal pula dengan pola piramida, merupakan tipe penipuan investasi yang paling mudah, paling sederhana, dan paling klasik. Kenyataan bahwa skema ini digunakan oleh seorang bankir investasi terkemuka di Amerika Serikat, Bernie Madoff, dan berhasil menipu investor (dan regulator) hingga 50 miliar dollar menimbulkan pertanyaan: apakah Bernie Madoff yang terlalu pintar atau investor dan regulator yang terlalu bodoh?
Faktanya, adalah sifat dasar manusia (modern) untuk selalu mengagumi keindahan kompleksitas, kemutakhiran, dan kemajuan. Semakin rumit suatu sistem, otak manusia akan semakin terpancing untuk mempelajarinya hingga suatu titik dimana intelektualitas tidak bisa menggapainya. Pada titik itulah ia akan berserah diri dan memberikan seluruh harapannya kepada dunia intelektual dan justru mempercayai sesuatu yang tidak pasti. Manusia kemudian meng-amanat-kan suatu entitas yang lebih intelek dari dirinya untuk mengurusnya (baca: me-rasional-kan keraguan). Suatu paradoks logika: di saat seseorang mengagungkan rasio, pada saat yang sama ia menyerah kepada rasionalitas, dan memutuskan untuk tidak menggunakan rasionya.
Itulah konsekuensi modernisme yang menempatkan inovasi rasional sebagai suatu kredo baru, berbeda dengan karakter manusia tradisional yang cenderung menganggap sesuatu yang “abu-abu” sebagai mistik, alam gaib, atau bid’ah. Lalu kemudian, barus disadari bahwa manusia modern dengan manusia tradisional adalah tidak berbeda. Manusia tradisional gagal memahami fenomena alam sehingga mempercayai “orang pintar” semacam penyihir, dukun, atau ahli klenik. Sementara manusia modern gagal memahami rasionalitasnya sendiri dan terbuai dengan keserakahan sehingga mempercayai “orang pintar” semacam investment banker, lawyer, akuntan, financial planner, dan berbagai konsultan lain untuk membimbingnya. Dengan konsep seperti ini, masih beranikah kita menganggap kita lebih rasional dibandingkan manusia tradisional?
Jika memang hakikat duniawi manusia memang seperti itu, sebenarnya tidak ada yang salah. Namun bagi mereka yang bisa memanfaatkan kelemahan fundamen manusia (baik modern maupun tradisional) ini, ia mendapatkan keuntungan yang sangat besar, seperti Madoff.
Skema Ponzi
Lalu apakah sebenarnya Skema Ponzi atau Piramida itu? Dalam skema ini, profit yang diberikan kepada investor tidak berasal dari gain investasi (karena memang uang para investor tidak pernah diinvestasikan), melainkan berasal dari uang investor lain yang bergabung kemudian. Di Indonesia, skema ini pernah dikenal dengan modus arisan berantai. Anda diminta untuk menyetor sejumlah uang kepada sejumlah orang, dan orang yang masuk setelah anda akan meyetor uang ke anda. Semakin banyak yang anda rekrut semakin banyak easy money yang akan didapat. Mudah bukan?
Melihat kesederhanaan skema ini, anda pun dapat melakukannya di lingkungan anda sendiri. Tertarik? Berikut diberikan langkah-langkah sederhananya meminjam dari akal bulus Bernie Madoff:
1. Bangun citra diri anda sebagai orang pintar. Dalam dunia keuangan, anda harus mengerti istilah-istilah textbook tentang analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi juga dengan perkembangan ekonomi mutakhir seperti kebijakan terbaru The Fed (US Federal Reserves), perkembangan harga minyak dunia, termasuk isu-isu di bandar keuangan macam saham yang akan digoreng, gerak-gerik asing, dsb.
2. Dekati orang-orang dimana anda dapat menunjukan superioritas intelektual anda (komunitas ibu-ibu arisan, pengajian, mahasiswa- namun hindari mahasiswa ekonomi karena mereka pasti merasa lebih pintar) dan yakinkan mereka bahwa investasi ini merupakan peluang yang tidak boleh lepas.
3. Yakinkan para investor itu untuk memberikan dana mereka. Misalnya, investor A, B, C, D, E, masing-masing Rp. 1 juta. Gunakan setengah dari uang RP. 1 juta milik E, dan berikan kepada A, B, C, D, dan anda sendiri masing-masing Rp. 100 ribu. Dalam sekejap anda sudah memberikan keuntungan 10% kepada A, B, C, dan D (uang mereka berubah menjadi Rp. 1,1 juta dalam seketika) dan anda mendapatkan Rp. 100 ribu tanpa kerja keras apapun.
4. Berhubung uang E sekarang hanya tersisa Rp. 500 ribu, anda harus menemukan investor baru untuk mengganti uangnya dan memberikannya profit (tetapi jangan lupa untuk mengambil profit untuk anda sendiri). Jika anda berhasil mendapatkan 6 investor baru, cukup ambil Rp. 100 ribu dari masing-masing investor itu dan berikan ke E, dan andapun sudah menjadikan E untung kembali (investasinya menjadi RP. 1,1 juta). Tugas berikutnya, anda harus mencari lagi investor yang lebih baru untuk mengganti uang para investor baru tersebut. Begitu seterusnya hingga akhirnya anda dapat kaya raya.
5. Jangan berikan fixed benefit, tapi berikan dalam range, misalnya 7-10% per bulan. Bahkan untuk bulan-bulan tertentu, buat seolah-olah investasi sedang turun sehingga hanya menghasilan 1-2%. Dengan begini, investasi terasa lebih riil dan meyakinkan.
6. Buatlah lingkaran orang-orang yang “seolah-olah” pintar pula dalam bisnis anda. Jika penipuan anda semakin besar, ada baiknya anda menunjuk auditor keuangan palsu untuk memperlihatkan “akuntabilitas keuangan”. Tetapi anda juga butuh orang yang benar-benar pintar untuk mengelola pembukuan dan resiko anda, karena mengurus ratusan investor itu tidak mudah.
7. Dalam suatu keadaan, dapat terjadi sebagian besar investor anda menarik uang pada saat yang bersamaan (misalnya mereka ingin merayakan tahun baru, atau ingin berpesta wisuda). Anda layak panik jika belum ada investor berikutnya yang dapat menggantikan dana mereka sehingga kebohongan anda dapat terbongkar semua. Tenangkan investor anda bahwa uang belum dapat dicairkan karena kesalahan teknis, sembari mencari investor baru untuk menutup utang anda kepada investor yang ingin mencairkan dana tersebut. Jika anda gagal meyakinkan mereka, bersiap untuk membaca satu pasal yang selamanya akan anda ingat: Pasal 378 KUHP tentang Penipuan.
8. Jangan takut dengan regulator (misalnya Polisi, orang pajak, atau siapapun yang mengancam anda). Jika anda mampu menipu investor, regulator pun dapat dikadali. Pasar keuangan Amerika Serikat saja yang katanya menjunjung tinggi Good Corporate Governance, terutama pasca kejatuhan Enron dan Worldcom, melalui berbagai instrument Sarbanes-Oaxley masih dapat dibobol Madoff. Jika anda memang pintar, pihak berwenang di Indonesia seharusnya bukan hambatan.
9. Pelajaran utama: selalu tempatkan posisi anda lebih superior, pintar, , lebih intelek, lebih sophisticated daripada lawan anda, baik investor maupun regulator.
Penutup
Gagasan mencapai suatu derajat di mana manusia bisa terbang, menghilang, berpindah ke satu tempat dalam sekejap, atau menguasai makhluk halus tidak lagi sexy di mata manusia modern karena gagal memuaskan rasionalitas. Sebagai gantinya, muncul eksotisme-eksotisme baru yang lebih dapat memenuhi hasrat manusia bernama “hedge fund”, “derivatives”, “gross national products”, “financial engineering”, “human rights”, “carbon trading”, “sustainable development”, “nullum delictum sine previa lege poenali”, dan sebagainya. Agaknya, semakin rasional seorang manusia, semakin terbuai ia dengan arogansi intelektualitasnya, tanpa menyadari intelektualitas memiliki keterbatasan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang sama sekali tidak intelektual (atau tetap intelektual tetapi amoral?).
Penulis sedang mempelajari metafisika dan mistisme. Tulisan ini dapat diakses di www.artikelhukum.blogspot.com
http://padmimonang.wordpress.com/